Minggu, 09 November 2014

Farewell

Farewell

Bisakah aku bertemu dengan seseorang yang tak akan pernah mengucapkan sebuah kata perpisahan? Lalu apa gunanya pertemuan itu jika akhirnya hanya ada kata perpisahan? Tuhan bolehkah aku meminta untuk menghapus kata perpisahan itu. Aku membencinya.
***
Langit mulai menghitam, suara raungan guntur terdengar dimana-mana, kilatannya membuatku ngeri. Aku berdoa semoga saja tidak akan ada hal buruk karena cuaca yang buruk juga. Lima belas lewat sepuluh menit, aku menatap ponselku khawatir. Ada apa sebenarnya? Kenapa tak ada kabar sedikitpun darinya?
" Bisakah kau mengabariku? "
Aku menanti balasan dari pesan yang ku kirimkan untuk seseorang. Aku menantinya sangat menantinya.
" Tak usah menungguku, pulanglah! "
Aku merenggut kecewa mendapat balasannya, memangnya kenapa? Padahal aku sudah rela menunggunya lama disini. Aku tak merasa keberatan sama sekali, tapi kenapa dia begitu? Aku kecewa, aku merasa tak dihargai sama sekali. Aku sedang berkorban, kau tahu? Ini demi kau! Aku mengusap air mata yang tanpa permisi keluar begitu saja, dasar cengeng!
" Mungkin dia sedang sibuk." Ujarku menyemangati diriku sendiri. Tapi akhirnya...
" Tapikan dia udah janji, huuh." Lagi-lagi air mata sialan ini keluar. Aku kuat kok, aku kuat! Dengan gontai aku meninggalkan taman ini dengan perasaan berat hati. Harusnya kau datang dan membuatku tersenyum.
***
" Apa kabar apa kau baik saja?" Aku mengangguk, memangnya dia melihatmu? ini telepon bodoh! Aku langsung mengerjap sadar, ini telepon.
" Ya, aku baik. Kamu?" Aku menanti jawabannya.
" Lusa aku harus pergi." Aku menghela nafas panjang, kesal dan marah.
" Biarkan aku ikut." Dia terdiam dapat ku dengar dia juga ikut menghela nafas.
" Tidak! " Kenapa apa aku tak kau inginkan?  Pertanyaan itu mengganjal di tenggorokanku. Aku tak sanggup mengatakannya dan lagi air mata sialan ini keluar lagi.
" Aku tak akan menangis. Aku janji." Suaraku serak tertelan tangis. Aku juga ingin ada disana, berada di sampingmu. Aku ingin ada disaat kau berjuang antara hidup atau mati. Aku hanya ingin itu saja, itu saja.
" Tidak. Itu masih lusa, kau sekarangpun sudah menangis. Aku tak bisa. Biarkan aku sendiri, jangan sampai aku melihatmu." Aku menutup mulutku menahan suara isakanku semakin keras. Kenapa kau tega? Aku hanya ingin menemanimu.
***
" Operasinya gagal, dia sudah tidak bisa bertahan. Dia bilang sudah tak ingin merepotkan kami. Padahal kami sama sekali tidak merasa direpotkan, hiks. Dia bahkan selalu menyembunyikan wajahnya yang menahan sakit, kami semakin tak tega melihatnya." Aku merasa sudah tak bisa bertahan untuk berdiri, sendi-sendiku seperti tak berfungsi lagi. Lagi-lagi aku kalah dengan perpisahan, yang tertinggal hanya gundukan tanah disini.
" Ini terakhir kali dia menuliskan surat untukmu. Dia memintamu untuk kuat." Tak peduli dengan air mata sialan yang terus keluar aku menerima kertas putih yang sudah terisi oleh tinta. Kali ini apa alasanmu?
"Akan ada beberapa kata perpisahan yang akan aku tuliskan disini. Aku tahu kau membencinya, aku tahu dan sangat tahu. Tapi ingatkah? Aku dari siapa dan harus kembali ke siapa? Perpisahan itu pasti karena ada sesuatu yang mendesak dan sangat terpaksa. Berhenti menangis jika kau ingin tahu alasannya. Kau membenci perpisahan dan aku membenci airmata yang keluar dari mata indahmu. Bukankah ini sebanding? Kau tak harus mendengar atau melihat perpisahan itu dan aku tak melihat tangisanmu. Itu impas! Aku tak mau kau merasa sendiri setelah ini. Naega Saranghaja. "
Aku menutupi wajahku yang penuh dengan air mata sialan ini. Akhirnya masa itu datang juga kan? Aku kehilangannya, aku berpisah dengannya. Berpisah? Aku sangat membenci hal itu. Tuhan, bisakah kau hapuskan takdir perpisahan itu?

Minggu, 02 November 2014

Cara Membuat Blog


Blogging adalah kegiatan yang semakin banyak digemari oleh masyarakat Indonesia saat ini. Semakin banyak blogger baru yang bermunculan dengan topik dan gaya tulisan yang berbeda-beda. Untuk membuat blog, sebenarnya ada banyak sekali platform yang bisa kita gunakan, seperti: WordPress, Tumblr, Blogger, Weebly, Webs, Jigsy, dan masih banyak lagi. Namun, saya perhatikan kebanyakan blogger Indonesia menggunakan WordPress dan Blogger (blogspot). Karena itu saya akan membahas sedikit tentang cara buat blog di kedua platform ini.
I. Cara Membuat Blog Gratis di WordPress (WP)
Script WordPress bisa digunakan untuk domain dengann hosting sendiri ataupun digunakan secara gratisan. Namun, artikel ini akan membahas cara membuat blog gratis di WordPress.com, dimana kita bisa menikmati semua layanan dengan gratis, baik itu subdomain dan juga hosting-nya. Berikut ini langkah-langkahnya:
1. Langkah pertama adalah membuka situs WordPress, klik atau buka URL ini di browser Anda id.wordpress.com
2. Setelah halaman WordPress terbuka, silahkan masukkan alamat web yang Anda inginkan, misalnya BlogTersayang.wordpress.com. Lalu klik tombol “Buat Situs Web”. Lihat gambar di bawah ini:



3. Akan muncul halaman baru. Pada halaman ini, Anda akan diminta mengisi kolom-kolom, seperti alamat email Anda, nama pengguna (untuk login), password, dan alamat blog.
a. Alamat email: isi dengan alamat email Anda
b. Nama pengguna: Gunakan nama Anda atau variasi nama Anda (misalnya: nana89), ini untuk user name ketika login ke dashboar WP
c. Password: isi dengan password yang kuat dan mudah diingat
d.  Pastikan alamat blog: cek ulang alamat untuk blog Anda, misalnya “BlogTersayang.wordpress.com”
§  Jangan lupa klik link yang bertuliskan “akan menggunakan alamat yang gratis”
§  Setelah semua kolom telah diisi, klik tombol “Buat Blog” yang ada di bagian bawah.
4. Pihak WordPress akan mengirimkan link untuk verifikasi ke email Anda. Buka email Anda, temukan email dari wordpress.com dan klik link di dalam email tersebut. Lihat gambar
5. Setelah melakukan verifikasi dengan cara yang dijelaskan pada langkah 4 di atas (klik link verifikasi), nanti akan terbuka tab baru di browser dan Anda akan melihat halaman dashboard WordPress milik Anda. Lihat Gambar

II. Cara Membuat Blog Gratis di Blogger (Blogspot)

Blogger.com adalah situs Web 2.0 milik Google. Anda bisa membuat blog dengan gratis di blogger, baik itu menggunakan subdomain dan hosting gratis ataupun menggunakan domain sendiri dengan hosting gratis di blogger. Nah, artikel ini akan membahas cara membuat blog di Blogspot dengan subdomain dan hosting gratis dari Blogger.com.
Sebelum membuat blog di blogger, saya menyarankan Anda untuk memiliki akun email di Google mail (gratis). Ini akan memudahkan proses pembuatan blog Anda. Kalau Anda belum mengerti cara membuat email, bisa membaca postingan saya sebelumnya tentang cara membuat email. Kalau Anda sudah punya akun email di Gmail, langsung saja mengikuti proses membuat blog di blogspot, berikut ini adalah langkah-langkahnya:
1. Langkah pertama adalah membuka situs Blogger.com, klik link berikut untuk membuka Blooger berbahasa Indonesia di browser Anda Blogger.com
2. Anda akan melihat halaman untuk masuk ke akun Google. Masukkan akun emai Gmail dan password ke kolom yang sudah disediakan, lalu klik tombol “Masuk”. Lihat gambar

3. Setelah itu, Anda akan masuk ke halaman selanjutnya, di mana Anda akan melihat akun Google Anda termasuk foto profile di eMail atau Google plus (bila sudah mendaftar), lalu klik tombol “Lanjutkan ke Blogger”. Nanti akan diarahkan ke halaman pembuatan blog. Lihat gambar
4. Lalu klik tombol “Blog Baru” yang ada pada halaman tersebut, akan muncul pop up pembuatan blog Anda. Isi kolom yang sudah di sediakan dan pilih themes default yang ingin digunakan untuk blog. Isi kolom tersebut dengan data blog yang Anda inginkan:
§  Judul: Isi dengan judul blog Anda, misalnya “Catatan Online Ku”
§  Alamat: Alamat blog Anda di blogspot, misalnya “CaraMembuatBlogby.blogspot.com”
§  Pilih Template: Templete default dari blogger ada 7 buah, pilih salah satunya.
§  Lalu klik tombol “Buat blog!”
Lihat gambar
CR: Berbagai Sumber













Sabtu, 06 September 2014

This Only Scandal

Senyum yang seperti matahari terbit itu muncul dari bibirnya. Sejenak membuatku terdiam melihatnya. Wajahnya yang baby face membuatku tak bisa mengalihkan pandangan kearahnya. Setengah tertawa dia melirik kearahku yang tengah memandangnya. Lalu, dia menyapaku dengan mengangguk dan tersenyum. Aku menghela nafas dan akhirnya pun aku membalasnya dengan senyuman kecil. Selalu seperti itu, semua orang menganggapnya skandal. Tapi, ini terlalu nyata untuk dikatakan sebagai skandal. Jangan tanyakan padaku mana yang ku ingin sekarang amtara skandal palsu atau nyata. Karena akupun juga tak tahu.
" Aku ragu jika hanya sebuah skandal disini." Aku mengangkat alis dengan bingung. Lalu, menoleh ke samping kiriku yang tengah berdiri seorang lelaki.
" Maksudmu apa Oppa?" Dia ikut duduk di sampingku dan mengendikkan dagunya ke arahnya.
" Aku tahu." Aku memukul pelan pundaknya dan dia tertawa.
" Aku sudah lama mengenalnya. Dan kau, tak usah lamapun aku bisa tahu. Dongsaengku yang manis ini sedang terjebak dalam realita sebuah skandal." Aku termenung sejenak lalu menatapnya lagi.
" Wookie Oppa, menurutmu apakah aku ini pantas bersanding dengannnya?" Di tersenyum dan mengacak gemas poniku.
" Kau pantas dengan siapapun. Jangan merendahkan dirimu seperti itu." Aku merenggut sedih.
" Aku rasa aku terlalu rendah oppa. Aku tidak pantas untuk dia yang sempurna." Ryeowook Oppa merangkul pundakku dengan sayang.
***
" One.. Two.. Three.. Lets go." Suara musik dance mulai menggema di ruangan practice dan aku mulai mengikuti aba-abanya.
" Enough for today." Coach-ku tersenyum melihatku yang sudah terduduk di lantai dengan peluh yang banyak, aku mengangguk.
" Thank you." Aku menghela nafas panjang setelah coach pergi dari ruangan ini. Selalu begini, menjadi leader merupakan hal yang melelahkan. Tapi aku tidak boleh menyerah disini, ini masih panjang. Aku berusaha berdiri tapi rasanya lututku lemas sekali dan akhinya aku terduduk kembali. Kenapa aku lemah begini sih?
" Perlu bantuan?" Aku melirik dari celah poni rambut yang menutupi rambutku. Dia sudah datang. Tangannya menyibak helaian rambut yang menutupi wajahku. Lalu, dia mengusap titik keringat di wajahku.
" Minumlah!" Dia mengulurkan mineral kearahku dengan senyumannya yang sangat ku hafal dan ku sukai. Dengan lemas aku menerimanya, tubuhku sedikit lega setelah terisi air.
" Apa harus seperti ini? Kau sudah berlatih dari jam 7 hingga sekarang sudah jam 3. Itu sepertinya sudah berlebihan." Aku menunduk.
" Aku memang harus seperti ini. Bahkan dia pun tidak mengeluh." Kami bertatapan lama. Well, i hope you say that i want. Aku hanya bisa membatin, miris sekali aku ini. Terlalu berharap.
" Beristirahatlah dulu, sebentar lagi EXO akan berlatih." Aku terdiam kecewa. Lalu, aku mulai beranjak meskipun sendi-sendiku rasanya sakit sekali.
" Baiklah aku akan pergi, selamat berlatih." Aku berjalan tertatih keluar dari room practice. Dan aku tak mau menengok ke belakang. Aku sangat bodoh. Aku tak ingin melihatnya. Sekali Scandal  tetap Scandal!!!

-----------------FIN----------------

Minggu, 03 Agustus 2014

FF: The Reason Of Love

The Reason Of Love
Add caption
Cast: - Cho Kyuhyun
-          Park Ra Neul
-          Lu Han

Genre: Married Life, Romance, Hurt
Other Cast: - Lee HyukJae ( Eunhyuk )
-          Lee Haneul
Story by Me its Lalla ( @nlallasarri07)






“ Aku sendirian disini tanpamu. Bahkan saat kau tak ada dalam jangkauanku pun
Aku merindukanmu. Merindukan saat-saat kau memelukku disaat
Kesedihan itu datang padaku. Walaupun, kau yang membuatnya.”



            Gadis itu masih bergelung dengan tebalnya selimut di ranjangnya. Dia enggan untuk bangun dan melepaskan selimut tebalnya itu. Yang ingin dilakukan sekarang adalah bermalas-malasan. Karena apa? Tidak ada yang perlu dia urus ketika pagi hari. Seperti contohnya yaitu menyiapkan pakaian kerja untuk suaminya. Ah ya, tentang suami ini sudah kali ke 3 suaminya itu tak pulang. Alasannya, dia banyak pekerjaan dan menginap di kantornya. Padahal gadis itu tahu itu bukanyang sebenarnya. Tapi, dia tetap diam tak mau bicara. Biar saja mengalir begitu saja.
            Gadis itu bernama Park Ra Neul, bisa dikatakan gadis yang beruntung mendapatkan suami bernama Cho Kyuhyun. Seorang CEO di perusahaannya CK Coorporation, sangat kaya bukan? Apapun yang diinginkan gadis itu selalu bisa terpenuhi dalam waktu sedetik. Ah, tapi sayang, lebih banyak luka daripada bahagia dalam rumah tangganya. Ra Neul mengucek matanya, pukul sepuluh nanti dia ada kelas. Dia bergegas ke kamar mandi saat tahu waktu menunjukkan pukul sembilan. Padahal Ra Neul masih ingin bergelung dengan selimut tebalnya itu. Ra Neul turun ke lantai 1, dia menenteng tas dan sepatunya.
“ Bibi Han?” Ra Neul berteriak sambil memakai sepatunya. Tak lama wanita paruh baya datang menghampirinya dan menunduk kearahnya.
“ Nanti jika Hyun Oppa pulang katakan aku tak pulang malam ini. Ada sesuatu yang harus kuselesaikan.” Ujarnya sambil menatap wanita paruh baya itu. Wanita itu --- Bibi Han mengangguk.
“ Baik Nona.” Ra Neul mengangguk lalu meraih tasnya menuju pintu untuk berangkat ke kampusnya. Tak pulang? Ada sesuatu? Tentu saja itu hanya bohong. Dia ingin menenangkan diri setelah kejadian waktu itu. Dia sakit hati.
***

            Ra Neul memasuki ruang organisasi dengan malas. Sungguh, jika dia harus memilih antara masuk ruang ini atau ruang kesenian. Dia akan langsung memilih ruang kesenian, karena apa? Dia membenci ikut organisasi ini, dia hanya di rekomendasikan oleh Dosennya. Dan, itu menyebalkan.
“ Kau datang?” Ra Neul menatapnya malas, bisakah dia cepat pergi dari ruangan ini? Dia tak betah.
“ Hanya saat ini saja. Ada apa? Kau tahu aku tidak suka disini kan? Waeyo?” Balas Ra Neul malas, orang tadi hanya mengangkat bahunya.
“ Kau harusnya di pecat dari bagian organisasi ini.” Ujar orang tadi, dia Lu Han. Ketua organisasi ini, Ra Neul tersenyum.
“ Dan itu sebenarnya yang sangat aku inginkan.” Balas Ra Neul, Lu Han beranjak dari kursinya menghampiri Ra Neul.
“ Sayangnya kau tak bisa dengan kata harus itu. Kata harus itu berubah menjadi kata tidak jika untukmu.” Ra Neul mengangguk dan menarik kursi untuk dirinya duduk.
“ Sudah, apa yang harus aku dengarkan dan kerjakan? Aku masih banyak urusan penting lainnya.” Lu Han tersenyum miring. Beberapa orang yang ada di ruangan itupun memaklumi sifat ketuanya yang memang seperti itu sejak dulu.
            Ra Neul keluar dari ruang organisasi dengan senang, akhirnya dia bebas.
“ Kerjakan dengan cepat.” Ujar Lu Han yang entah sejak kapan berada di sampingnya. Ra Neul hanya mengangguk kecil dan pergi. Dia tak mau berlama-lama dengan lelaki itu.
Ra Neul membuka tasnya, mengambil ponselnya.
From: Hyunie Oppa
            Kau dimana? Urusan penting apa yang kau ingin selesaikan? Pulang!!
Ra Neul mengetik cepat untuk membalas pesannya.
To: Hyunie Oppa
            Aku tak bisa pulang malam ini. Maaf, kau bisa menginap di kantormu itu sepuasmu. Tak usah menyuruh siapapun untuk menyelidikiku tentang apa itu urusanku. Bye!
Ra Neul mengurut pelipisnya. Dia sangat pusing, harapan satu-satunya adalah menumpang dengan Oppanya--- lelaki yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.
***
            Ra Neul tiba sekitar limabelas menit yang lalu. Ia segera bergelayut manja dengan lelaki tadi. Lelaki itupun hanya menghela nafasnya.
“ Bagaimana mungkin aku mengizinkan kau menginap disini? Sementara kau memiliki suami hah? Bisa-bisa aku diseret dipenjara karena menyembunyikan istri orang.” Lelaki tadi--- Lee HyukJae Sunbae Ra Neul di kampusnya. Mereka sangat dekat, bahkan sempat digosipkan sebagai sepasang kekasih. Tapi, sayangnya itu hanya gosip.
“ Ayolah Oppa, izinkan aku disini semalam saja? Aku janji tidak akan merepotkanmu. Please~?” Ra Neul meminta dengan wajah memelasnya, membuat Lee HyukJae atau Eunhyuk tidak tega. Bagaimanapun, dia adalah gadis yang pernah ia cintai. Dia tidak mau menambah kesedihannya.
“ Baiklah, hanya semalam. Tapi, beritahu suamimu dulu, aku tidak mau dia salah paham dengan ini. Mengerti?” Ra Neul mengangguk lemah, Eunhyuk segera mendekap Ra Neul mengelus rambut panjangnya dengan tulus. Seandainya, kau menikah denganku Neullie.
            Ra Neul tak menjawab berbagai pesan ataupun panggilan yang berasal dari suaminya. Dia malah berniat menghindarinya, entah ini yang dilakukannya benar ataupun salah. Mungkin, hanya ini yang bisa ia lakukan untuk pelariannya dan sementara. Ia berniat melepas sim cardnya, namun satu pesan berasal dari suaminya membuatnya gelisah.
From: Hyunie Oppa
            Aku bersumpah Neullie, jika yang kau maksud urusan itu adalah dengan laki-laki lain. Aku akan membunuh laki-laki itu di depanmu. Ingat itu!!
Oh tidak, jangan sampai suaminya itu tahu. Ia, sedang berada di rumah Eunhyuk. Suaminya itu sangat tidak suka dengan Eunhyuk, meskipun berulang kali ia menegaskan bahwa dia dan Eunhyuk hanya teman.
“ Ada apa?” Eunhyuk tiba dengan membawa coklat panas kesukaannya, Ra Neul hanya menatapnya bingung dan menggeleng. Ia beranjak dari duduknya.
“ Aku akan pulang oppa, a..ku harus pulang.” Ra Neul langsung bergegas pergi tanpa berbalik sedikitpun. Eunhyuk memanggilnya berkali-kali.
***
            Ra Neul sedang bergelayut manja di pelukan suaminya--- Cho Kyuhyun. Memang dia akan sangat manja jika sedang bersama suaminya. Dan, suaminya pun tak masalah dengan sikap istrinya.
“ Oppa, kau mencintaiku?” Ra Neul menatap wajah suaminya di atasnya. Suaminya tersenyum lalu mengecup bibir ranumnya.
“ Kau tanya suatu hal yang semua orang tahu jawabannya sayang.” Ra Neul tersipu mendapatkan kecupan singkat dibibirnya, ia memeluk tubuh suaminya dan menyembunyikan wajahnya di dadanya.
“ Jangan suka mencuri cium dariku, aku malu.” Cho Kyuhyun terkekeh dengan ucapan istrinya. Dia mengelus rambut Ra Neul yang panjang.
“ Kau tahu kau sangat cantik jika manja begini? Lebih cantik daripada saat kau menampilkan wajah garangmu itu. Aku mencintaimu.” Kyuhyun menindih tubuh Istrinya dan menatap wajahnya yang sangat malu. Dan membungkam bibir ranum istrinya dengan bibirnya sendiri. Melumatnya dengan halus dan lembut, tak berniat menyakitinya sama sekali.
            Ra  Neul tersenyum menatap suaminya yang sedang memakan sarapannya. Cho Kyuhyun hanya tersenyum kecil saat tahu dirinya tengah diperhatikan oleh istrinya tanpa berkedip.
“ Aku ingin nanti kau ke kantorku, bawakan aku makan siang ya?” Ra Neul mengangguk sambil tersenyum. Kyuhyun bahagia melihatnya, ia rasa bebannya sudah hilang melihat istrinya tersenyum begitu.
“ Aku berangkat.” Ra Neul mengangguk, Kyuhyun tersenyum dan mengecup sekilas bibir Ra Neul.
“ Jangan pergi tanpa mereka.” Pesannya sambil mengarahkan pandangannya ke arah para bodyguardnya.
“ Okey, tapi jangan makan sebelum aku bawakan makanan untukmu ya? Promise?” Kyuhyun menanggapi dengan memeluk tubuh Ra Neul.
“ Akan ku tunggu.” Kyuhyun melambaikan tangannya, Ra Neulpun juga. Seandainya, rumah tangganya seperti ini terus. Pasti ia akan bertahan sampai kapanpun.
            Kyuhyun menatap wanita di hadapannya dengan gelisah.
“ Ada apa Haneul? Sudah ku bilang jangan datang dulu kesini. Aku tak mau Neullie tahu tentang ini.” Wanita tadi merenggut kesal dan langsung memeluk Kyuhyun.
“ Aku merindukanmu kau tahu? Kau sudah seminggu bersamanya. Kapan aku bersamamu?” Kyuhyun menghela nafasnya pasrah lalu membalas pelukan wanita itu.
“ Baiklah sampai jam makan siang? Neullie, akan datang kesini.” Wanita tadi tersenyum bahagia karena Kyuhyun menuruti keinginannya. Dia, Lee Haneul seseorang yang akan memporakporandakan kehidupan mereka.
Ra Neul menutup pintu kerja Kyuhyun dengan tetesan air mata. Dia memegangi dadanya yang nyeri dan menusuk rasanya dia sangat tidak sanggup berdiri. Karena, pada akhirnya dia terduduk di depan pintu itu. Kau mengulangnya lagi Cho Kyuhyun!
***

Kyuhyun meremas rambutnya sendiri dengan frustasi. Dia bahkan menangis, ini sama seperti keadaan dulu. Saat istrinya pernah meminta cerai darinya karena kesalahannya. Istrinya itu akan pergi dan tak menghubunginya.
“ Maafkan aku Neullie, aku selalu menyakitimu. Hiks..” Dia tidak peduli di cap sebagi lelaki cengeng atau apapun. Yang dia inginkan istrinya itu pulang dan memeluknya lagi. Dia rela melakukan apapun asalkan istrinya kembali, apapun itu. Dia meraih ponselnya untuk kesekian kalinya. Dia mengetik angka-angka milik istrinya.
“ Sayang... angkat ku mohon.” Dia terus menangis dan tak peduli apapun.
“ Nona..” Pekikan dari pembantunya membuatnya langsung bergegas keluar kamar. Dia tahu siapa yang disebut Nona itu. Setelah tahu perkiraannya itu benar, ia lalu mendekap istrinya.
“ Sayang...” Kyuhyun masih terisak dan mendekap istrinya. Namun, tak ada balasan sedikitpun. Ia melepaskan dekapannya, melihat wajah datar istrinya. Dia menangkup wajah istrinya dengan kedua tangannya.
“ Neullie...” Dia mendekatkan wajahnya ingin mengecup keningnya. Namun, istrinya menghindar membuat dada kirinya sakit dan nyeri.
“ Apa...?” Kyuhyun menatap istrinya dengan bertanya.
“ Ya, aku tahu. Bahkan begitu bodohnya aku sampai aku tidak tahu alasanmu selama ini. Ya Tuhan, rasanya bahkan sudah sampai melumpuhkan otakku. Ini yang ke berapa kalinya?” Istrinya menepis tangannya di wajahnya dan berjalan ke kamar mereka.
“ Aku mohon Neullie...aku bisa jelaskan.” Dia mengikuti istrinya yang berjalan di depannya. Istrinya berhenti dan berbalik menatapnya dengan pandangan yang tak bisa di jelaskan.
“ Apa? Ada lagi yang bisa kau jelaskan? Bukankah waktu itu aku menyuruhmu bersamanya? Lalu kau menolak dengan alasan kau mencintaiku? Kau mempermainkanku kan? Aku sudah memberimu banyak kesempatan. Dan kau hilangkan begitu saja? Aku sudah tidak bisa. Kau kembalilah dengannya saja, aku akan pergi dari kehidupanmu secepatnya.” Istrinya berbalik lagi ke arah kamarnya. Ia segera berlari menyusulnya, aku tidak ingin kau pergi Neullie.
Ra Neul membawa tasnya yang berisi bajunya, ini sudah keputusan finalnya. Dia akan melepaskan suaminya, jika itu yang membuatnya bahagia. Kyuhyun merebut tasnya kasar, dan bersimpuh di hadapannya.
“ Kali ini Neullie, aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku akan bicara dengan Haneul bahwa aku...” Ra Neul tak mendengarnya, mendengar namanya saja hatinya sakit sekali.
“ Tidak perlu, aku akan mengirimkan suratnya secepatnya. Jaga dirimu baik-baik.” Ra Neul merebut tasnya dan bergegas keluar. Kyuhyun menunduk sedih dan mengusap wajahnya yang penuh dengan air mata. Aku kalah dalam permainan yang ku buat sendiri, ini karma bagiku.
***
Mianhae mianhae hajima...
Naega chorahaeji janha...
Ppalgan yeppeun ipsullo...
Eoseo nareul jugigo ga...
Naneun gwaenchanha...
Majimageuro nareul barabwajwo...
Amureohji ahneun deut useojwo...
Nega  bogo sipeun ttae...
Giokhal su itge...
Naui meoreeotsoge ne eolgul...
Geureol  su itge...
( AkMu – Eyes, Nose, Lips Cover)
***


Lalla’s Speech:
 Ini adalah series, jadi sebelum cerita ini masih ada ceritanya. Bisa dibilang before story yang masih dalam proses pengerjaan. Aku enggak nyari banyak yang baca ataupun coment, tapi aku dapet kepuasan sendiri kalau udah berani post ceritaku yang abal ini. Cerita selanjutnya bakal aku post gak tau kapan dan sesuai mood. Thanks yang udah baca. Salam ekso..ekso.” J


Senin, 21 Juli 2014

Songfict: Gone


Giegogi meomuldagan geu jalie
Son kkeut-e nam-aissneun ongiedo
Niga issda issda
Neoui hyang-gi neoui eolgeul
***
Xiumin…
Aku masih bisa mendengarnya, suara deru mesin yang berasal dari mobil yang berhenti di depan tempat ini. Tapi, aku berusaha tak menghiraukannya dan tetap focus dengan apa yang sedang ku kerjakan. Menekan tuts-tuts piano dengan benar supaya mendapatkan hasil suara nada yang indah. Lalu, aku melihatnya. Melihat gadis berjalan dengan pandangan kosong ke depan dan tanpa ekspresi sedikitpun. Aku mengalihkan pandanganku ke arahnya, tapi aku hanya bisa meringis kecil saat Paman Han memukul kepalaku pelan karena aku tak focus.
“ Cepat teruskan dan perbaiki permainanmu, Xiumin-ssi!” Ujarnya tegas dan galak, aku hanya bisa mengangguk mengiyakannya. Aku menatapnya kembali, gadis itu tengah berdiri diseberang jendela. Aku mencoba menyapanya dengan menganggukkan kepalaku. Namun, tak ada respon sedikitpun. Apa ia sedang sedih? Atau mungkin dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, aku mencoba kembali memainkan tuts piano di hadapanku.
***
Aku sudah selesai memainkan piano, aku mulai berjalan keluar dari ruang latihan untuk mengambil ranselku. Sambil dengan memakan sebutir obat dari tabung kecil yang selalu ku bawa kemana-mana. Mataku menumbuk pada gadis tadi, dia berjalan masih dengan pandangan lurus. Bahkan, akupun diacuhkannya. Padahal aku hanya ingin sekedar menyapanya, ah mungkin dia memang sedang ada masalah dan sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.
“ Siapa dia paman?” Tanyaku pada Paman Han sambil menunjuk pada gadis itu, Paman Han tak menjawab pertanyaanku malah memarahiku.
“ Ayo, kemasi barang-barangmu. Sudah waktunya pulang.” Ujar Paman Han dengan wajah datarnya, yah aku sudah terbiasa dengan sikapnya. Dia memang selalu sepeti ini dengan siapa saja, tidak terkecuali denganku. Tapi, aku tak merasa keberatan dengan sikapnya. Dia adalah orang baik sebenarnya.
“ Ne.” Balasku sambil menundukkan kepalaku, saatnya berkemas dan pulang.
***
Jebal nal bwa nal bwabwa nal bwabwa
Na ileohge neol neukkyeo neol neokkyeo neol neokkyeo
Aesseo jab-eun maltu aesseo jab-eun miso
***
                                                                                   
Pukul tujuh pagi, aku sudah sampai di tempat latihan piano seperti kemarin.
“ Annyeong~.” Sapaku kepada penjaga tempat latihan itu sambil menundukkan kepalaku dan tersenyum. Tapi, Paman Han hanya cuek saja di sampingku tak ikut menyapa seperti apa yang aku lakukan. Aku menghela nafasku melihat sifat Paman Han itu, tapi ini tetap haknya untuk berrsikap seperti apa yang dia inginkan.
Aku menaruh ranselku dan duduk di sebelah jendela, aku harus menunggu. Pandanganku beralih pada ruangan di balik jendela ini, gadis itu sedang dimarahi Paman Han. Aku menatapnya iba saat Paman Han meninggalkannya begitu saja, dia terduduk di lantai dan meraba-raba mencari sesuatu. Apa dia tidak bisa melihat? Tanyaku dalm hati.
“ Tuan apa dia tidak bisa melihat?” Tanyaku pada penjaga tempat latihan ini, tapi dia hanya meletakkan telunjuknya pada bibirnya. Mengisyaratkanku agar diam, aku akhirnya mengangguk menurutinya.
***
Dengan hati-hati aku berjalan sambil mengawasi sudut pintu, takut-takut jika Paman Han tahu aku ingin menemui gadis itu.
“ Hai? Ayo bermain bersamaku?” Ajakku sambil langsung memainkan tuts piano di hadapanku, dia tersenyum kecil. Mendengar ada langkah kaki yang mendekat, aku segera sembunyi di depan piano besar ini.
“ Aku seperti mendengar anak itu disini.” Gumam Paman Han pelan lalu setelah memastikanku tidak ada dia beranjak keluar. Aku mengintipnya.
“ Sudah pergikah?” Tanyaku padanya, dia tersenyum dan menjawab.
“ Ne.” Aku kembali duduk di sampingnya. Tiba-tiba rasa sakit itu menyerangku, aku meremas bagian kiri dadaku. Tangan kananku merogoh sakuku dan mengambil butiran obat dan segera ku telan.
“ Ada apa?” Tanyanya bingung, aku menetralkan nafasku setelah obat itu bereaksi meredakan rasa nyeriku.
“ Aku tidak apa-apa, jangan khawatirkan aku. Aaa~” Ujarku sambil tersenyum dan menyuapkannya satu permen. Dia menerimanya, aku tersenyum sendiri ketika telunjukku terkena lipstick yang berasal dari bibirnya.
***

Aesseo jab-eun neonde-
Uri hamkke issdeon geu gong-gan-e
Naega neol dalm-agadeon geu sungan-e
Bis-sog-eul geunyang geol-eodo neomu joh-assdeon
Niga eobsda niga eobsda
Eotteohge na honjaseo neol jiugo sal-a
***


Aku mengintip di balik dinding untuk melihat keadaan apakah aman atau tidak.
“ Ayoo~ You Jung-ah.” Aku melambaikan tanganku kearahnya, sedetik kemudian aku baru ingat jika ia tak bisa melihat. Aku langsung menarik tangannya, mengajaknya duduk di kursi tepat di bawah pohon.
“ Boleh aku memegang wajahmu, Xiumin-ah?” Aku mengiyakan, dia meraba mencari wajahku dan menyentuhnya lembut. Aku memejamkan mata menikmatinya, dia tersenyum lalu menurunkan tangannya. Aku langsung mencegah tangannya dan membawanya ke dada kiriku, dimana disana terletak jantungku. Yang tak akan bertahan lama. Sedetik kemudian rasa sakit itu kembali, aku mengeluarkan tabung itu dari sakuku. Tapi aku tak sanggup, Paman Han menemukanku. Dia menyuruh dua orang bodyguard untuk menyeretku. Aku meronta, aku tidak ingin meninggalkan Kim You Jung sendirian, aku terus meronta. Namun, tenagaku semakin lama melemah. Mungkin, jantungku juga akan melemah dan hilang detakannya.
***

Hamkke geol-eogadeon geu sigan-e
Geuleohge mandeul-eogadeon
Chueogkkajido milyeonkkajido meomun jalie
Nan seo issda neoumu geuliwo-
Nal bwabwa nal bwabwa nal bwabwa
Na ajigdo neol neokkyeo neol neokkyeo neol neokkyeo
Gyeo dalm-eun maltu gyeo dalm-eun miso Gyeo dalm-eun neonde—
***
You Jung meraba-raba mencari sesuatu di tanah. Terakhir dia dengar tadi, Xiumin menjatuhkan sesuatu. Sesuatu barang yang penting bagi kelangsungan hidupnya. You Jung terus menunggu, sampai satu tabung berisikan permen itu habis. Akankah, waktu untuk Xiumin juga telah habis? Dia terus menggenggam tabung milik Xiumin, kemanapun dia berada dia tidak ingin melepasnya. Sama seperti perasaannya terhadap Xiumin, dia akan selalu menggenggamnya dan tak akan pernah melepasnya. Sampai kapanpun, meskipun maut sekalipun datang menjemputnya ataupun Xiumin. Dia mencintainya, Xiumin.
***

Uri hamkke issdeon geu gong-gan-e
Naege neol dalm-agadeon geu sungan-e
Bis-sog-eul geunyang geol-eodo neomu joh-assdeon
Niga eobsda niga eobsda
Eotteohge na honjaseo neol jiugo sal-a
Neomu geuliwo—
***
Cklek!!!
Tap..tap..tap
Dia mendengarnya, itu Xiumin. Itu adalah permainan piano yang selalu Xiumin mainkan. You Jung menarik bibirnya membentuk senyuman saat mendengarnya. Namun, permainan itu semakin melambat didengarnya, sama seperti Xiumin. Dia ingin meneruskan permainannya dan perasaannya untuk You Jung. Namun, takdir berkata lain. Hanya alunan music itu yang menjadi ucapan selamat tinggal untuk You Jung untuk yang terakhir kalinya. Tapi, ia tidak ingin melupakannya. Xiumin ingin selalu mengingatnya dan mencintainya, sampai kapanpun. Meskipun dia sudah tiada dan tidak bisa di samping You Jung lagi. You Jung menitikkan air mata mendengar permainan piano itu berhenti, dia ingin sekali mengetahui kenapa Xiumin berhenti memainkannya. Tapi, itu tidak mungkin. Dia tidak bisa melihat, tapi dia bisa merasakan. Merasakan bahwa Xiumin telah pergi meninggalkannya tanpa bicara sekatapun, dia pergi, untuk selamanya.
Paman Han hanya bisa terdiam melihat Xiumin yang pergi dengan diangkat oleh bodyguardnya, jauh dari lubuk hatinya dia merasakan kesedihan. Namun, dia sudah tahu jika ini akan terjadi. Tapi, berbeda sekarang, Xiumin meninggalkan perasaannya dan hatinya untuk You Jung. Dia bisa merasakan kesedihan keduanya, terpisah karena takdir.
Paman Han meneruskan permainan Xiumin yang terhenti dan membuat You Jung kembali tersenyum. Dia berharap setelah ini, You Jung akan mengikhlaskannya dan Xiumin akan tenang disana. Tempat dimana dia tidak akan merasakkan sakit di dadanya dan tidak memerlukan obat penghilang rasa sakit itu. Xiumin, tenanglah disana. Aku akan menjaga You Jung untukmu, ujar paman Han dalam hati.
***


Gyeou heolagdeon neoui ileum jiul su eobs-eo
Neoman-I buleun naui ileum-i
Yeogi jamjago iss-eo
Uri hamkke issdeon geu gong-gan-e---
***
Ini memang yang ku inginkan dulu. Aku sudah lelah harus merasakan sakit dan bergantung pada obat penenang itu. Aku juga selalu bermimpi bahwa aku bisa normal, seperti orang-orang pada umumnya. Bisa pergi kemanapun dia sukai, bersekolah di tempat manapun dan memiliki banyak teman. Aku memimpikan semua hal yang menjadi kebiasaan normal orang pada umumnya. Saat aku tahu itu tak mungkin terjadi, aku beralih meminta untuk segera pergi dari sini. Supaya aku tak merasakan semua itu lagi. Aku akui aku sudah lelah merepotkan banyak orang dan aku tidak ingin menyusahkan mereka.
Tapi, semua keinginanku berubah kembali saat aku bertemu dengannya gadis itu, Kim You Jung. Aku merasa aku mencintainya dan aku kembali pada keinginanku sebelumnya dan ditambah dengan aku ingin selalu ada di sampingnya, untuknya. Tapi ternyata, Tuhan lebih menyayangiku dan mengajakku untuk bersama-Nya supaya aku tak merasakan sakit dan membutuhkan obat itu. Aku selalu menyayangimu, You Jung.
***

Hamkke geol-eoss-eoya hal sigan-e
Na honja butjabgo iss-eo
Uri milaedo naui balaemdo meomchun jalie
Nan seo issgo neoman eobsda
***
Lalla’s speech:
Hurayy… akhirnya SongFict pertama  jadi. Ini terinspirasi sama lagunya Jin-Gone. Gak tau kenapa tiba-tiba ada ide aja buat ini gara-gara liat MV’a kemarin . dan akhirnya~~ aku bisa membuatnya.
Thanks for read.. give me coment please!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Gamsahamnida~~~~~~~~~~~~~~ J