Senin, 21 Juli 2014

Songfict: Gone


Giegogi meomuldagan geu jalie
Son kkeut-e nam-aissneun ongiedo
Niga issda issda
Neoui hyang-gi neoui eolgeul
***
Xiumin…
Aku masih bisa mendengarnya, suara deru mesin yang berasal dari mobil yang berhenti di depan tempat ini. Tapi, aku berusaha tak menghiraukannya dan tetap focus dengan apa yang sedang ku kerjakan. Menekan tuts-tuts piano dengan benar supaya mendapatkan hasil suara nada yang indah. Lalu, aku melihatnya. Melihat gadis berjalan dengan pandangan kosong ke depan dan tanpa ekspresi sedikitpun. Aku mengalihkan pandanganku ke arahnya, tapi aku hanya bisa meringis kecil saat Paman Han memukul kepalaku pelan karena aku tak focus.
“ Cepat teruskan dan perbaiki permainanmu, Xiumin-ssi!” Ujarnya tegas dan galak, aku hanya bisa mengangguk mengiyakannya. Aku menatapnya kembali, gadis itu tengah berdiri diseberang jendela. Aku mencoba menyapanya dengan menganggukkan kepalaku. Namun, tak ada respon sedikitpun. Apa ia sedang sedih? Atau mungkin dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, aku mencoba kembali memainkan tuts piano di hadapanku.
***
Aku sudah selesai memainkan piano, aku mulai berjalan keluar dari ruang latihan untuk mengambil ranselku. Sambil dengan memakan sebutir obat dari tabung kecil yang selalu ku bawa kemana-mana. Mataku menumbuk pada gadis tadi, dia berjalan masih dengan pandangan lurus. Bahkan, akupun diacuhkannya. Padahal aku hanya ingin sekedar menyapanya, ah mungkin dia memang sedang ada masalah dan sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.
“ Siapa dia paman?” Tanyaku pada Paman Han sambil menunjuk pada gadis itu, Paman Han tak menjawab pertanyaanku malah memarahiku.
“ Ayo, kemasi barang-barangmu. Sudah waktunya pulang.” Ujar Paman Han dengan wajah datarnya, yah aku sudah terbiasa dengan sikapnya. Dia memang selalu sepeti ini dengan siapa saja, tidak terkecuali denganku. Tapi, aku tak merasa keberatan dengan sikapnya. Dia adalah orang baik sebenarnya.
“ Ne.” Balasku sambil menundukkan kepalaku, saatnya berkemas dan pulang.
***
Jebal nal bwa nal bwabwa nal bwabwa
Na ileohge neol neukkyeo neol neokkyeo neol neokkyeo
Aesseo jab-eun maltu aesseo jab-eun miso
***
                                                                                   
Pukul tujuh pagi, aku sudah sampai di tempat latihan piano seperti kemarin.
“ Annyeong~.” Sapaku kepada penjaga tempat latihan itu sambil menundukkan kepalaku dan tersenyum. Tapi, Paman Han hanya cuek saja di sampingku tak ikut menyapa seperti apa yang aku lakukan. Aku menghela nafasku melihat sifat Paman Han itu, tapi ini tetap haknya untuk berrsikap seperti apa yang dia inginkan.
Aku menaruh ranselku dan duduk di sebelah jendela, aku harus menunggu. Pandanganku beralih pada ruangan di balik jendela ini, gadis itu sedang dimarahi Paman Han. Aku menatapnya iba saat Paman Han meninggalkannya begitu saja, dia terduduk di lantai dan meraba-raba mencari sesuatu. Apa dia tidak bisa melihat? Tanyaku dalm hati.
“ Tuan apa dia tidak bisa melihat?” Tanyaku pada penjaga tempat latihan ini, tapi dia hanya meletakkan telunjuknya pada bibirnya. Mengisyaratkanku agar diam, aku akhirnya mengangguk menurutinya.
***
Dengan hati-hati aku berjalan sambil mengawasi sudut pintu, takut-takut jika Paman Han tahu aku ingin menemui gadis itu.
“ Hai? Ayo bermain bersamaku?” Ajakku sambil langsung memainkan tuts piano di hadapanku, dia tersenyum kecil. Mendengar ada langkah kaki yang mendekat, aku segera sembunyi di depan piano besar ini.
“ Aku seperti mendengar anak itu disini.” Gumam Paman Han pelan lalu setelah memastikanku tidak ada dia beranjak keluar. Aku mengintipnya.
“ Sudah pergikah?” Tanyaku padanya, dia tersenyum dan menjawab.
“ Ne.” Aku kembali duduk di sampingnya. Tiba-tiba rasa sakit itu menyerangku, aku meremas bagian kiri dadaku. Tangan kananku merogoh sakuku dan mengambil butiran obat dan segera ku telan.
“ Ada apa?” Tanyanya bingung, aku menetralkan nafasku setelah obat itu bereaksi meredakan rasa nyeriku.
“ Aku tidak apa-apa, jangan khawatirkan aku. Aaa~” Ujarku sambil tersenyum dan menyuapkannya satu permen. Dia menerimanya, aku tersenyum sendiri ketika telunjukku terkena lipstick yang berasal dari bibirnya.
***

Aesseo jab-eun neonde-
Uri hamkke issdeon geu gong-gan-e
Naega neol dalm-agadeon geu sungan-e
Bis-sog-eul geunyang geol-eodo neomu joh-assdeon
Niga eobsda niga eobsda
Eotteohge na honjaseo neol jiugo sal-a
***


Aku mengintip di balik dinding untuk melihat keadaan apakah aman atau tidak.
“ Ayoo~ You Jung-ah.” Aku melambaikan tanganku kearahnya, sedetik kemudian aku baru ingat jika ia tak bisa melihat. Aku langsung menarik tangannya, mengajaknya duduk di kursi tepat di bawah pohon.
“ Boleh aku memegang wajahmu, Xiumin-ah?” Aku mengiyakan, dia meraba mencari wajahku dan menyentuhnya lembut. Aku memejamkan mata menikmatinya, dia tersenyum lalu menurunkan tangannya. Aku langsung mencegah tangannya dan membawanya ke dada kiriku, dimana disana terletak jantungku. Yang tak akan bertahan lama. Sedetik kemudian rasa sakit itu kembali, aku mengeluarkan tabung itu dari sakuku. Tapi aku tak sanggup, Paman Han menemukanku. Dia menyuruh dua orang bodyguard untuk menyeretku. Aku meronta, aku tidak ingin meninggalkan Kim You Jung sendirian, aku terus meronta. Namun, tenagaku semakin lama melemah. Mungkin, jantungku juga akan melemah dan hilang detakannya.
***

Hamkke geol-eogadeon geu sigan-e
Geuleohge mandeul-eogadeon
Chueogkkajido milyeonkkajido meomun jalie
Nan seo issda neoumu geuliwo-
Nal bwabwa nal bwabwa nal bwabwa
Na ajigdo neol neokkyeo neol neokkyeo neol neokkyeo
Gyeo dalm-eun maltu gyeo dalm-eun miso Gyeo dalm-eun neonde—
***
You Jung meraba-raba mencari sesuatu di tanah. Terakhir dia dengar tadi, Xiumin menjatuhkan sesuatu. Sesuatu barang yang penting bagi kelangsungan hidupnya. You Jung terus menunggu, sampai satu tabung berisikan permen itu habis. Akankah, waktu untuk Xiumin juga telah habis? Dia terus menggenggam tabung milik Xiumin, kemanapun dia berada dia tidak ingin melepasnya. Sama seperti perasaannya terhadap Xiumin, dia akan selalu menggenggamnya dan tak akan pernah melepasnya. Sampai kapanpun, meskipun maut sekalipun datang menjemputnya ataupun Xiumin. Dia mencintainya, Xiumin.
***

Uri hamkke issdeon geu gong-gan-e
Naege neol dalm-agadeon geu sungan-e
Bis-sog-eul geunyang geol-eodo neomu joh-assdeon
Niga eobsda niga eobsda
Eotteohge na honjaseo neol jiugo sal-a
Neomu geuliwo—
***
Cklek!!!
Tap..tap..tap
Dia mendengarnya, itu Xiumin. Itu adalah permainan piano yang selalu Xiumin mainkan. You Jung menarik bibirnya membentuk senyuman saat mendengarnya. Namun, permainan itu semakin melambat didengarnya, sama seperti Xiumin. Dia ingin meneruskan permainannya dan perasaannya untuk You Jung. Namun, takdir berkata lain. Hanya alunan music itu yang menjadi ucapan selamat tinggal untuk You Jung untuk yang terakhir kalinya. Tapi, ia tidak ingin melupakannya. Xiumin ingin selalu mengingatnya dan mencintainya, sampai kapanpun. Meskipun dia sudah tiada dan tidak bisa di samping You Jung lagi. You Jung menitikkan air mata mendengar permainan piano itu berhenti, dia ingin sekali mengetahui kenapa Xiumin berhenti memainkannya. Tapi, itu tidak mungkin. Dia tidak bisa melihat, tapi dia bisa merasakan. Merasakan bahwa Xiumin telah pergi meninggalkannya tanpa bicara sekatapun, dia pergi, untuk selamanya.
Paman Han hanya bisa terdiam melihat Xiumin yang pergi dengan diangkat oleh bodyguardnya, jauh dari lubuk hatinya dia merasakan kesedihan. Namun, dia sudah tahu jika ini akan terjadi. Tapi, berbeda sekarang, Xiumin meninggalkan perasaannya dan hatinya untuk You Jung. Dia bisa merasakan kesedihan keduanya, terpisah karena takdir.
Paman Han meneruskan permainan Xiumin yang terhenti dan membuat You Jung kembali tersenyum. Dia berharap setelah ini, You Jung akan mengikhlaskannya dan Xiumin akan tenang disana. Tempat dimana dia tidak akan merasakkan sakit di dadanya dan tidak memerlukan obat penghilang rasa sakit itu. Xiumin, tenanglah disana. Aku akan menjaga You Jung untukmu, ujar paman Han dalam hati.
***


Gyeou heolagdeon neoui ileum jiul su eobs-eo
Neoman-I buleun naui ileum-i
Yeogi jamjago iss-eo
Uri hamkke issdeon geu gong-gan-e---
***
Ini memang yang ku inginkan dulu. Aku sudah lelah harus merasakan sakit dan bergantung pada obat penenang itu. Aku juga selalu bermimpi bahwa aku bisa normal, seperti orang-orang pada umumnya. Bisa pergi kemanapun dia sukai, bersekolah di tempat manapun dan memiliki banyak teman. Aku memimpikan semua hal yang menjadi kebiasaan normal orang pada umumnya. Saat aku tahu itu tak mungkin terjadi, aku beralih meminta untuk segera pergi dari sini. Supaya aku tak merasakan semua itu lagi. Aku akui aku sudah lelah merepotkan banyak orang dan aku tidak ingin menyusahkan mereka.
Tapi, semua keinginanku berubah kembali saat aku bertemu dengannya gadis itu, Kim You Jung. Aku merasa aku mencintainya dan aku kembali pada keinginanku sebelumnya dan ditambah dengan aku ingin selalu ada di sampingnya, untuknya. Tapi ternyata, Tuhan lebih menyayangiku dan mengajakku untuk bersama-Nya supaya aku tak merasakan sakit dan membutuhkan obat itu. Aku selalu menyayangimu, You Jung.
***

Hamkke geol-eoss-eoya hal sigan-e
Na honja butjabgo iss-eo
Uri milaedo naui balaemdo meomchun jalie
Nan seo issgo neoman eobsda
***
Lalla’s speech:
Hurayy… akhirnya SongFict pertama  jadi. Ini terinspirasi sama lagunya Jin-Gone. Gak tau kenapa tiba-tiba ada ide aja buat ini gara-gara liat MV’a kemarin . dan akhirnya~~ aku bisa membuatnya.
Thanks for read.. give me coment please!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Gamsahamnida~~~~~~~~~~~~~~ J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar